Kondisi Remaja Penjual Ginjal Rp 245 Juta Demi Beli iPhone Memprihatinkan

Masih ingat remaja China yang jual ginjalnya demi membeli iphone 4 yang dinginkan?

Nah, senagai anak muda Tiongkok, jika sudah megang iPhone bakal keliatan trendi dan bergaya. Karenanya, banyak yang pengen punya ponsel ini dan sementara itu harganya sangat mahal, maka banyak hal yang siap dilakukan untuk dapetin ponsel pintar itu.



Termasuk yang paling mengerikan adalah dengan menjual ginjal. Kalo biasanya kita cuman dengerin lelucon soal jual ginjal pas lagi ngayal beli barang mahal, hal ini justru beneran dilakuin sama seorang pemuda di China.

Ketika ponsel ini muncul, banyak orang China bercanda, "Jual Ginjal Anda dan belilah iPhone," karena itulah iPhone diibaratkan dengan mesin penjual ginjal. Analogi ini mungkin sama halnya dengan yang terjadi di Tiongkok.


Pada tahun 2011, waktu iPhone 4 baru aja dirilis, seorang remaja yang duduk di bangku sekolah menengah di Provinsi Anhui, pengen punya iPhone.


Dia mendengar bisa menjual salah satu ginjalnya untuk mendapatkan uang kemudian membeli iPhone.

Karena itulah dia menjual ginjalnya ke pasar gelap dengan harga, 22.000 yuan atau sekitar Rp465 juta dalam kurs saat ini.

Dia membeli iPhone 4 dan iPad 2 waktu itu. Awalnya dia ngerasa baik-baik aja sampe dia mikir kalo nggak ada masalah kalo cuman satu ginjal.


Namun, karena dia ngelakuin operasi yang nggak higienis, akhirnya dia kena infeksi serius, sampe bikin kondisi kesehatannya makin memburuk.

Sang ibu akhirnya maksa anaknya ngaku soal apa yang terjadi padanya, lalu dia terpaksa ngaku dan nggak punya pilihan dan jujur kalo udah ngejual ginjalnya.

Setelah insiden itu, semua orang yang terlibat dalam transaksi itu ditangkap dan dihukum. Namun, keluarganya yang nggak kaya dan nggak bisa ngembaliin kondisi anaknya yang terlanjur sakit-sakitan.

Sementara itu, iPhone miliknya semakin lama semakin nggak berharga, sampe nggak bisa untuk ngobatin kondisinya. Saat ini udah 9 tahun berlalu, dan kondisinya sungguh mengenaskan.

Remaja itu tidak bisa jalan dengan normal dan perlu melakukan cuci darah secara teratur. Tapi, karena biaya yang nggak murah, dan kompensasi yang dikasih nggak cukup untuk ngelakuin cuci darah.

Akhirnya dia cuman bisa bertahan hidup dengan sumbangan dari orang lain. Sampe saat ini kondisinya masih sama, dan hidup dalam kondisi sakit-sakitan dan menyesali hidupnya.

Menurutnya apa yang terjadi padanya ini adalah sebuah pelajaran, karena hanya untuk memuaskah hasratnya dan ngelakuin tindakan sembrono. (*)

Sumber grid.id
.

Iklan Tengah Artikel 1

.