Kisah Pilu Kakak-Beradik, Baju Robek Tak Bisa Sekolah hingga Tinggal di Gubuk Reyot Tanpa Orangtua





Kisah hidup memilukan dialami oleh dua orang anak usia sekolah dasar (SD) di Desa Oelasin, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Adalah Fernandus T Adu (13) dan Yunita Adu (11) yang tercatat masih duduk di bangku Sekolah Dasar Negeri (SDN) Oelasin.



Belakangan ini, keduanya tak masuk sekolah lantaran baju seragam yang dimiliki telah koyak dan robek, tak bisa dipakai lagi.


Sementara untuk sekadar membeli baju pengganti, keduanya tak mampu membayar.



Jangankan membeli seragam, untuk makan sehari-hari saja mereka kekurangan.

Sebab, mereka hidup di gubuk reyot tanpa kehadiran kedua orangtua yang tak jelas keberadaannya.

Tempat tinggal dua bocah itu hanya beratap dan berdindingkan daun lontar. Rumah mereka hanya berlantai tanah.

Di gubuk reyot itu, keduanya hidup tanpa penerangan listrik. Ketika malam, gubuk itu hanya diterangi satu lampu senter.


Agar bisa beli beras untuk makan, kakak-adik ini harus bekerja untuk tetangga mereka.

"Setiap hari mereka bantu-bantu di tetangga. Menyayatkan hati memang melihat kondisi mereka ini," ungkap Jekson Manuain, guru SDN Oelasin, kepada Kompas.com saat dihubungi, Sabtu (8/2/2020).

Yunita Adu (11) murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) Oelasin, Desa Oelasin, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao, NTT, yang hidup sangat miskin.

Tinggal di gubuk reyot tanpa kedua orangtua, serta tak bisa masuk sekolah karena seragamnya telah koyak dan tak bisa digunakan lagi.


Yunita Adu (11) murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) Oelasin, Desa Oelasin, Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Rote Ndao, NTT, yang hidup sangat miskin. Tinggal di gubuk reyot tanpa kedua orangtua, serta tak bisa masuk sekolah karena seragamnya telah koyak dan tak bisa digunakan lagi. (KOMPAS.com/NANSIANUS TARIS)

Jekson sudah mengunjungi rumah kedua bocah itu pekan lalu. Kondisi gubuk mereka memang sangat memprihatinkan.

Tempat tidur mereka pakai kayu dan beralaskan karpet yang sudah lusuh dan koyak.

"Mereka tentu tidak nyaman tidur karena angin masuk lewat lubang-lubang dinding gubuk. Tambah lagi kalau hujan, keduanya begitu sengsara. Saya berharap, semoga banyak tangan yang peduli dengan kedua anak ini," harap Jekson.


Kondisi Fernandus dan Yunita diketahui Jaksen setelah keduanya lebih dari satu pekan tidak masuk sekolah.

Jekson yang merupakan wali kelas Fernandus, berinisiatif mencari tahu alasan muridnya tak bersekolah.

Belakangan Fernandus mengaku tidak sekolah karena seragamnya robek hingga tidak bisa digunakan lagi.



Sang guru pun membelikan seragam baru untuk dua muridnya.

Jekson mengingatkan Fernandus dan Yunita agar terus bersemangat menuntut ilmu.

"Minggu ini Fernandus dan Yunita sudah kembali bersekolah. Keduanya bisa belajar lagi di sekolah," kata Jekson.


Iklan Tengah Artikel 1

.